jpg1Berbagai kebiasaan orang jepang sebenarnya banyak dibicarakan, baik oleh orang-orang di Indonesia maupun orang-orang yang ada di dunia. Mereka membicarakan kebiasaan orang Jepang yang sangat unik bagi mereka, yang berbeda dengan orang-orang di dunia pada umumnya.

Jepang merupakan negara maju yang sangat terkenal dengan kedisiplinan, keuletan, tidak mudah menyerah dan juga kondisi sosial dan normanya yang berlaku di masyarakat. Masyarakat Jepang memulai semua itu dari kedisiplinan dirinya sendiri, mereka sadar akan pentingnya kedisiplinan, keteraturan dan ketaatan. Kedisiplinan yang dilakukan sebagai kebiasaan inilah yang membentuk karakter masyarakat Jepang menjadi pribadi yang baik, yang patut untuk dicontoh.

Berikut adalah beberapa contoh kebiasaan orang Jepang yang bermula dari kedisiplinan diri:

  • Disiplin Membaca

Budaya yang cukup bagus yaitu kewajiban 10 menit membaca setiap hari di sekolah. Menurut Yoshiko Shinbun, sebuah harian nasional Jepang terbitan Tokyo. Di sekolah Jepang, para guru mewajibkan para siswa untuk membaca selama 10 menit sebelum memulai pelajaran sesungguhnya. Aturan ini sudah diberlakukan lebih dari 30 tahun. Pembiasaan diri dengan kedisiplinan ini dilakukan dari tingkat sekolah dasar yang dinilai banyak pihak cukup efektif, untuk membuat orang Jepang cinta membaca. Dengan membaca buku, kita bisa kaya informasi dan pengetahuan yang bermanfaat, berangkat dari hal inilah maka seseorang bisa membangun jalan untuk menggapai sukses. Untuk itu, jangan malas membaca jika ingin sukses. Jadikan membaca adalah “kebutuhan primer” seperti halnya makanan.

  • Disiplin Peraturan

Disiplin peraturan orang jepang yang luar biasa adalah seperti saat berkendara, bagaimana masyarakat Jepang bersikap terhadap peraturan lalu lintas yang ada. Orang Jepang lebih senang memakai jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan raya. Bagaimana taatnya mereka untuk menunggu lampu traffic light menjadi hijau, meskipun di jalan itu sudah tidak ada kendaraan yang lewat lagi.

Rasa malu telah merasuk ke dalam sanubari hati orang-orang Jepang. Mereka malu jika bersantai-santai, tidak bekerja keras. Mereka malu jika tidak disiplin, melanggar peraturan, tidak jujur apalagi korupsi atau mengambil barang yang bukan miliknya. Seorang pejabat Menteri di Jepang mengundurkan diri setelah ketahuan korupsi. Bangsa Jepang menjadi bangsa yang besar saat ini, hanya bermodalkan rasa malu pada masyarakatnya, yang berefek saling cinta diantara mereka, tidak ada asa saling curiga, bekerja keras, dan malu jika melakukan hal-hal yang merugikan orang lain.

  • Disiplin Keuangan

Kebiasaan unik orang-orang di Jepang, baik itu wanita maupun laki-laki, di Jepang banyak sekali orang yang belanja setelah jam 19.30, hal itu karena toko-toko dan supermarket di Jepang sering memberikan potongan harga hingga 50 persen ketika setengah jam sebelum toko ditutup. Jepang, dikenal sebagai bangsa yang suka menabung. Ketika krisis finansial global, Jepang sama sekali tidak terpengaruh.

Hal itu karena cadangan uang negara yang sangat besar. Orang Jepang suka sekali berhemat, bukan hanya hemat uang saja, tetapi juga hemat waktu dan tenaga. Bangsa Jepang memiliki prinsip bahwa pemborosan dan menyia-nyiakan waktu, tenaga, dan uang adalah hal yang memalukan dan harus dihindari. Sehingga kalau diperhatikan, umumnya orang Jepang sangat menghargai waktu, mereka jarang sekali mengobrol ketika bekerja. Mereka menggunakan waktu dengan seefisien mungkin. Dengan penggunaan waktu dan hal lainnya yang efisien, mereka bisa menghasilkan sesuatu lebih berkualitas, lebih banyak dan lebih cepat. Keuntungan yang diperoleh dari hasil produksi akan meningkat, itulah yang mensejahterakan mereka.

Lalu, apakah mereka membelanjakan semua pendapatannya? Jawabannya tidak, bahkan sebagian besarnya tidak dibelanjakan (alias hemat). Apabila orang jepang memiliki gaji yang besar, mereka akan menabungnya dan umumnya hanya membeli kebutuhan yang benar-benar penting.Kebiasaan menyimpan uang sudah mendarah daging pada diri mereka, yang bagaikan sebuah tradisi secara turun-temurun.Sifat berhemat ini memang didorong karena kondisi geografis negara Jepang yang bergunung-gunung, yang sering dilanda gempa bumi. Sehingga hal ini secara otomatis semakin mengajarkan mereka untuk selalu siap sedia menghadapi segala kemungkinan bencana.Dibandingkan masyarakat barat (Eropa dan Negara Amerika) umumnya masyarakatnya suka hidup berlebihan, seperti suka berbelanja barang yang tidak mereka perlukan. Hal ini tidak patut dicontoh. Selain itu, bangsa Jepang tidak suka berhutang karena hal ini melibatkan harga diri. Sebaliknya kaum barat menjalankan gaya hidup berhutang, sehingga mengakibatkan munculnya berbagai masalah sosial dan ekonomi yang serius di negeri-negeri barat.

  • Disiplin Istirahat

Karyawan di Negeri Sakura, kini diberikan “hak istimewa” oleh perusahannya untuk bisa tidur siang di jam kerja. Harian Inggris, The Guardian, menyatakan bahwa rata-rata perusahaan di Jepang mengizinkan karyawannya beristirahat (tidur) di siang hari sekitar 30 menit.Hal itu diterapkan oleh beberapa perusahaan di Jepang, karena dinilai bisa lebih mendukung produktivitas karyawannya. Beberapa perusahaan di Jepang yang menerapkan aturan tidur siang untuk pekerjanya yaitu Hugo Inc, sebuah kantor konsultan internet yang berada di kota Osaka.Perusahaan Hugo Inc memperbolehkan karyawannya untuk tidur siang selama 30 menit, antara jam 13.00 dan 16.00 waktu setempat.Adapun perusahaan renovasi rumah, Okuta, yang berada di dekat ibukota Tokyo. Memperbolehkan pekerjanya tidur siang selama 20 menit di meja atau di ruang santai staf.Perusahaan tidak menganggap tidur siang sesaat ini sebagai bentuk kemalasan, melainkan justru untuk meningkatkan produktivitas karyawannya. Hal ini berdasarkan juga pada kesaksian para pekerja, mengenai manfaat tidur siang yang diperolehnya. Seorang karyawan yang bernama Ikuko Yamada, merasakan dirinya terbantu dengan adanya aturan tidur siang.“Jika saya menggunakan sebuah kalkulator, ketika saya merasa mengantuk, membuat saya terpaksa memeriksa lagi pekerjaan saya dua kali untuk mencegah terjadi kesalahan. Sehingga memakan lebih banyak waktu,” kata Yamada kepada harian Yomiuri Shinbun.Perusahaan lainnya, seperti Kafe Ohirune di Tokyo, yang menyediakan 8 tempat tidur bagi pekerja yang ingin beristirahat siang sementara. Aturan seperti ini, juga memang berdasarkan himbauan Kementerian Kesehatan Jepang, yang menyarankan tidur di siang atau sore hari selama 30 menit.

  • Disiplin Mengantri

Adapun orang-orang di Jepang sangat loyal pada peraturan yang sudah dibuat, serta terlihat santun pada orang lain.Antri sudah menjadi “disiplinnya” orang-orang Jepang. Bagaimana mereka secara otomatis langsung membentuk antrian dalam setiap keadaan yang membutuhkan, pembelian tiket kereta, masuk ke stadion, di halte bus, bahkan memakai toilet umum di stasiun-stasiun, mereka berjajar rapi, bersusun rapi menunggu giliran. Ketika kita berada di Jepang, maka harus menyesuaikan untuk membiasakan budaya antri mereka. Orang Jepang sendiri akan terlihat begitu menyesali ketika menerobos ataupun menghalangi jalan orang lain.

Ketika berkendara, di Jepang jarang bahkan tidak ditemui orang yang seenaknya berkendara. Dari disiplin mengantri dan kesantunan, sebuah pengalaman pernah saya alami saat berada di Jepang, ketika akan menyeberang, ada mobil yang menunggu di depan. Ternyata budaya di Jepang adalah lebih memprioritaskan pejalan kaki untuk menyeberang terlebih dahulu. Selain itu di Jepang, membunyikan klakson adalah pertanda bahaya. Klakson hanya dibunyikan ketika terjadi hal genting, selain itu tidak boleh membunyikan klakson. Sehingga, suasana jalanan di Negara Jepang umumnya tidak berisik.

  • Disiplin Waktu

Di Jepang tepat waktu adalah budaya yang mereka lakukan, apalagi ketika membuat janji dengan seseorang. Di Jepang biasanya jika membuat janji dengan orang lain datang paling lambat 5 menit sebelum waktunya, orang Jepang akan merasa malu jika mereka datang paling akhir walaupun tepat waktu. Ketidaktepatan waktu seseorang dalam membuat janji menyimbolkan berkurangnya kepercayaan orang itu kepada orang yang berjanji.

Mendengar kata “disiplin”, mungkin dalam benak kita akan berpikir bahwa disiplin itu membatasi gerak. Disiplin juga sangat berhubungan erat dengan hukuman atau punishment bagi para pelanggarnya. Disiplin lebih dipersepsikan negatif dan menyeramkan. Orang yang berdisiplin kita anggap aneh dan asing.Disiplin memang tumbuh dari janin bernama waktu. Disiplin memang selalu mengacu kepada mekanisme pengelolaan waktu. Disiplin juga bersaudara dengan keteraturan, ketertiban, kenyamanan dan kesuksesan. Jadi, kalau kita lihat, orang-orang sukses sudah pasti disiplin.

Satu faktor penting penentu kesuksesan seseorang adalah disiplin diri. Mustahil seseorang bisa sukses tanpa memiliki disiplin diri yang kuat. Pengusaha sukses, olahragawan besar, pemusik terkenal sampai pengusaha-pengusaha sukses untuk kelas menengah, semuanya memiliki kesamaan untuk kesuksesan yang mereka dapatkan yaitu disiplin diri yang kuat. Orangtua dan guru selalu menekankan kepada kita bahwa disiplin diri itu begitu penting, tidak kalah penting seperti memiliki tujuan atau impian. Bahkan mereka berkata, tanpa disiplin diri, mustahil bagi seseorang bisa sukses dalam hidupnya.

Banyak orang yang ingin memiliki disiplin diri yang kuat tapi, mereka tidak pernah bisa mendapatkannya. Bahkan saat mereka ingin disiplin pada satu hal, justru mereka melakukan hal lain yang tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Misalnya: saat seseorang ingin belajar skill membaca secara online untuk membuat ia bisa belajar dan membaca lebih cepat dan mudah. Mereka begitu bersemangat dan komitmen untuk disiplin di awal. Saat belajar mereka malah asik mengerjakan hal lain di depan komputer. Beberapa hari kemudian, mereka berhenti dan meninggalkan hal tersebut. Akibatnya ia memberi pelajaran kepada dirinya bahwa membangun disiplin diri itu sangat sulit. Hanya orang yang memiliki tekad yang kuat saja yang bisa melakukannya. Pemikiran seperti adalahpemikiran seseorang yang memiliki konsep diri negatif.

Secara umum disiplin diri merupakan kemampuan yang ada pada diri untuk setia, patuh serta taat untuk melakukan apa yang harus dilakukan terlepas dari suka ataupun tidak suka. Tanpa disiplin diri, seorang individu akan kesulitan menggapai apa yang menjadi tujuan atau kesuksesan serta akan sulit fokus dalam pencapaian cita-cita.

Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang esok seninnya akan ujian tengah semester (UTS) betapapun melelahkan serta membosankannya  belajar dan merencanakan hari minggu sebagai peristirahatan dari tugas-tugas kuliah, dengan semangat untuk berdisiplin diri mahasiswa tersebut tetap berupaya belajar sungguh-sungguh dengan membaca kisi-kisi yang diberikan dosen dan membaca ulang buku catatan yang telah dibuat. Betapapun menggodanya malam minggu atau menonton film-film favorit bila sudah bertekad untuk belajar, mahasiswa tersebut sudah berusaha untuk mendisiplinkan diri. Jika disiplin adalah akar, maka sudah pasti kesuksesan adalah buahnya. Pemikiran seperti ini adalah pemikiran seseorang yang memiliki konsep diri positif.

Perlu diketahui keuntungan disiplin diri agar termotivasi untuk belajar disiplin diri, yaitu:

  1. Tetap fokus pada tujuan
  2. Mendorong  suatu kegiatan menjadi tepat sasaran, hemat dan cepat
  3. Menjaga keseimbangan kinerja
  4. Membangun pola pikir yang kuat
  5. Lebih banyak pencapaian

Disiplin diri adalah perilaku yang bisa dipelajari. Disiplin diri dapat dibentuk dengan latihan dan pengulangan dalam kehidupan sehari-hari, membiasakan kebiasaan yang baik, mengurangi kebiasaan yang buruk, membuat perubahan sederhana. Adanya peningkatan disiplin diri sangat memungkinkan hidup lebih bebas dengan membantu anda membentuk pilihan yang tepat.