5134654297_cb4487f426_mPENDAHULUAN

Masalah mendasar yang dihadapi oleh dunia pendidikan di Indonesia, saat ini adalah rendahnya mutu outputnya, dan itu terjadi di semua tingkat pendidikan. Sebagai indikatornya adalah rendahnya hasil nilai Ujian Akhir Nasional (UAN) baik tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, terutama untuk ilmu-ilmu Dasar.

Jika dibandingkan dengan negara-negara lain, misalnya laporan Bank Dunia berdasarkan studi IAEA (Internasional Association for the Education of Educational Achievement) tahun 1992, bahwa ketrampilan membaca siswa kelas IV SD Indonesia adalah terendah di Asia Timur. Rata-rata skor tes yang diperoleh siswa kelas IV SD Indonesia adalah 51, 7, dibandingkan dengan Filipina 52,6, Thailand 65,1, Singapura 74,0 dan Hongkong 75,5. selain itu, hasi studi The Third International Matematics and Science Study (IAEA 1999) memperlihatkan bahwa dari 38 negara peserta, prestasi siswa kelas 2 SLTP Indonesia berada pada urutan ke 32 untuk IPA dan ke 34 untuk Matematika.

Oleh karena itu pendidikan merupakan sistem terbuka, maka banyak faktor yang dapat dijadikan kambing hitam penyebabnya. Akan tetapi karena sekolah merupakan sentral dan ujung tombak pendidikan maka sekolah layak pula dijadikan sebagai terdakwa sumber penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Hal ini bisa terjadi kalau sekolah bukanlah tempat yang nyaman untuk belajar, dan bukan lagi tempat yang layak mengembangkan kemampuan serta kreativitas anak, bahkan malah menjadi penghambat bagi anak mencapai kecerdasan serta kebebasan berfikir.
SISTIM PENDIDIKAN KITA

1. Pendidikan = Penjara

Pada usia 0-5 tahun seorang anak mampu mempelajari 90 % semua kata yang selalu digunakan oleh orang dewasa. Namun setelah anak memasuki usia 6-7 tahun dan masuk sekolah, kecerdasan anak-anak ini turun 200 %. Mengapa ?

Pada tahun 1982 Jack Canfield, pakar masalah kepercayaan diri melaporkan hasil penelitiannya dimana seratus anak ditunjuk seorang periset untuk satu hari. Tugas periset adalah mencatat berapa banyak komentar positif dan negatif yang diterima oleh seorang anak dalam sehari. Penemuan Canfield adalah bahwa setiap anak rata-rata menemui 460 komentar negatif atau kritik dan hanya 75 komentar positif atau yang bersifat mendukung. Jadi komentar negatif 6 kali lebih banyak dibandingkan komentar positif.

Umpan balik negatif yang kontinue ini sangat berbahaya setelah beberapa tahun bersekolah, kemandegan belajar yang sesungguhnya terjadi, dan anak-anak menghalangi/menutupi pengalaman belajar mereka secara tidak sadar. Setelah lulus dari Sekolah Dasar kata belajar itu sendiri bisa membuat murid merasa tegang dan terbebani, “learning is not fun”.

Bernard Shaw dalam parents and children mengomentari dampak pendidikan dan kebijakan pendidikan yang menyebabkan para guru secara ekonomis nasibnya terpuruk sebagai berikut :
“Di muka bumi ini tidak satupun yang menimpa orang-orang tak berdosa separah sekolah, sekolah adalah penjara. Tapi dalam beberapa hal sekolah lebih kejam ketimbang penjara. Dipenjara misalnya anak tidak dipaksa membeli dan membaca buku-buku karangan sipir atau kepala penjara”. Selanjutnya Filusuf Bernard Rassell (1872-1970) dalam Sceptical Essays : Kini kita dihadapkan pada sebuah fakta paradoksal bahwa pendidikan menjadi salah satu kendala utama bagi usaha mencapai kecerdasan dan kebebasan berfiki.

Walaupun apa yang dikemukakan oleh ketiga ahli tersebut diatas belum tentu sepenuhnya benar, akan tetapi kondisi seperti itulah yang banyak mendominasi wajah sekolah dan pendidikan kita dewasa ini. Apa yang kita saksikan adalah mulai dari lingkungan sekolah yang gersang, fasilitas yang kurang, guru yang galak, disiplin yang kaku dan sebagainya. Kondisi itu diperparah lagi dengan proses belajar mengajar yang tidak berkualitas, masih kovensional yang hanya mengandalkan metode ceramah. Proses belajar yang demikian ini berjalan satu arah menempatkan siswa sebagai pihak yang pasif hanya sebagai pendengar dan pencatat, sehingga bagi siswa membosankan dan tidak menarik. Apa lagi kalau para guru kondisinya miskin pengetahuan, miskin metode dan miskin inovasi. Adalah sulit untuk dibayangkan upaya peningkatan mutu pendidikan dan outputnya berhasil dengan kondisi sistem pendidikan kita yang seperti ini.

2. Mengapa pendidikan kini lebih sadis dari penjara ?

Sekiranya boleh mengajukan hipotesis mengapa pendidikan lebih sadis dari penjara, hal ini disebabkan :
Sistem pendidikan kita yang lebih berorientasi kepada target-target lingkungan.
Anak-anak tidak pernah diajak apa lagi diserahkan menentukan apa yang mereka ingin sebagai bekal dimasa depan. Padahal kita mengetahui bahawa potensi dan bakat anak tidak sama. Seharusnya pendidikan kita dapat mengembangkan dan memfasilitasi semua tujuh kecerdasan yang dimiliki oleh anak.

Adanya penyeragaman dalam hal belajar mengajar, termasuk dalam hal ini bahan kurikulum.
Hal ini tentu sangat menghambat kreatifitas dan inovasi baik guru maupun siswa. Kerancuan sistem pembelajaran kita, baik di sekolah dan universitas, bahkan sampai ketempat orang bekerja mencari nafkah (perusahaan swasta maupun milik negara) berakar pada penyamaan secara semberono beberapa hal yang secara esensial berbeda.

3. Pengajaran tidak memperhatikan sistem otak manusia bekerja.
Bahwa manusia memiliki dua belah otak, yakni otak kiri dan otak kanan. Otak kiri berperan dalam kaitannya dengan kegiatan motorik (motor scquence), angka-angka, kata-kata, logika, urutan dan rincian, sedangkan otak kanan beperan dalam kaitan dengan sensor-sensor rasa (sensor scquence), gambar, imajimasi, warna dan ruang. Seharus pengajaran dapat mengembangkan otak kiri dan kanan. Akan tetapi dalam kenyataannya, pengajaran hanya mengembangkan otak kiti saja. Indikatornya adalah evaluasi yang digunakan oleh guru, maupun ujian nasional hanya seputar aspek kognitif saja. Akibatnya belajar bagi siswa adalah sesuatu yang memberatkan. Tidak diajarkannya bagaimana cara belajar yang baik kepada siswa, sehingga mereka tidak memiliki keterampilan belajar. Akibat dari hal ini maka siswa selalu tergantung kepada gurunya.

QUANTUM LEARNING SEBAGAI ALTERNATIF SOLUSI

Apa Quantum Learning itu ?

Quantum Learning didefinisikan sebagai “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya” semua kehidupan adalah energi. Tubuh manusia secara fisik adalah materi. Sebagai pelajar, tujuan kita adalah merah sebanyak-banyak mungkin cahaya, interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya. Quantum Learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori, kenyakinan dan metode. Termasuk diantaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi yang lain seperti ;

  1. Teori otak kiri/kanan
  2. Teori otak triune (3 in 1)
  3. Pilihan modalitas
  4. Teori kecerdasan ganda
  5. Pendidikan holistik
  6. Belajar berdasarkan pengalaman
  7. Belajar dengan simbol
  8. Simulasi/permainan

 

Bagaiman Quantum Learning itu ?

Misteri otak
Quantum Learning dimulai dari memahami otak manusia susunan syarafnya, fungsi-fungsinya dan jenis perkembangan kecerdasan manusia.

Kekuatan AMBAK (Apa Manfaatnya Bagi Ku) ?
Segala sesuatu yang ingin kita kerjakan harus menjanjikan manfaat bagi kita. Jika bermanfaat kita kan termotivasi untuk mengerjakannya. AMBAK biasanya muncul di benak kita, kadang-kadang kita harus mencarinya atau bahkan menciptakannya.

  1. Menata Lingkungan Belajar Yang Tepat
    • Perabotan jenis dan penataan
    • Pencahayaan
    • Musik
    • Visual poster, gambar, papan pengumuman
    • Penempatan persediaan
    • Temperatur
    • Tanaman
    • Kenyamanan
    • Suasana hati secara umum

2. Memupuk Sikap Juara (Berpikir Positif)
Suatu sikap dimana kita mempunyai harapan yang tinggi, harga diri yang tinggi dan kenyakinan bahwa kita akan berhasil, kita akan memperoleh prestasi yang tinggi.
Berfikir Positif berarti : Kegagalan = Umpan balik dan membawa pada keberhasilan

3. Menemukan gaya belajar
Cara belajar adalah kombinasi dari bagaiman kita menyerap, lalu mengatur, dan mengolah informasi, meliputi modalitas dan dominasi otak.
4. Teknik Mencatat Tingkat Tinggi
Teknik mencatat tingkat tinggi mengajarkan kepada kita bagaimana catatan bisa digunakan untuk :

  • Melihat seluruh gambaran secara sekilas
  • Mengingat detail secara mudah
  • Melihat hubungan antara gagasan dan konsep
  • Bekerja sama dengan otak kita, bukan bertentangan dengannya.
  • Menyingkirkan “format outline” yang membosankan, selamanya.

 

5. Menulis Dengan Penuh Percaya Diri
Menulis dengan penuh percaya diri ini mengajarkan kepada kita :

  • Menemukan teknik-teknik curah gagasan yang cepat dan mudah
  • Menciptakan bahasa yang hidup dengan menggunakan cara dan ungkapan kita sendiri
  • Melakukan proyek penulisan dari awal hingga akhir dengan hanya sedikit stress
  • Selalu berharap untuk menulis

 

6. Keajaiban Memori
Keajaiban memori dapat memberikan kemudahan-kemudahan :

  • Mengembangkan kapasitas kita untuk mengingat fakta-fakta, detail-detail, dan “hal-hal yang harus dilakukan”.
  • Dengan mudah mengingat daftar nama-nama, nomor-nomor dan hal-hal lain.
  • Mengingat nama-nama orang yang kita kenal

 

7. Melaju Dengan Kekuatan Membaca.
Melaju dengan kecepatan membaca mensuport kita dalam :

  • Mengembangkan kecepatan membaca kita secara dramatis
  • Meningkatkan pemahaman dan daya ingat
  • Menambah perbendaharaan kata dan menambah bank data kita
  • Menghabiskan sedikit waktu untuk membaca sehingga kita dapat mengerjakan hal-hal lain

 

8. Berfikir Logis dan Berfikir Kreatif.
Berfikir logis dan kreatif dapat mendorong kita untuk :

  • Memaksimumkan proses-proses pemecahan masalah secara kreatif.
  • Membiarkan otak kanan kita bekerja pada situasi-situasi yang menantang.
  • Memahami peran paradigma pribadi dalam proses-proses kreatif.
  • Mempelajari bagaimana curah gagasan dapat memberikan pemecahan inovatif bagi berbagai masalah
  • Menemukan keberhasilan dalam berfikir tentang hasil

 

Demikianlah gambaran quantum learning yang dapat mengubah “learning is not fun” menjadi “learning is fun”, mengubah pendidikan yang tadinya penjara menjadi taman bunga yang indah.

Quantum learning ini akan lebih efektif apabila disertai political will pemerintah dibidang pendidikan dengan memberikan keluasaan yang sebenar-benarnya kepada sekolah, guru dan murid untuk berkreasi dan berinovasi.

Tanpa ini Quantum Learning tidak akan tumbuh subur seperti yang ingingkan. School base management bisa menjadi salah satu jalan keluar bagi keterpurukan sistem pendidikan nasional.

KEPUSTAKAAN

  • Andrian Harefa. Menjadi Manusia Pembelajar , Kompas, Jakarta, 2000.
  • Taufik Baharudin. Brain Inware Management, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2001