“Wirausaha Untuk Menjawab Apa?”

            Dalam Bahasa Indonesia, istilah entrepreneur sering disebut sebagai “pengusaha” atau wirausaha. Istilah ini ternyata telah mengalami perkembangan dari abad ke abad. Awalnya, pada abad ke-13 para pengamat mencontohkan apa yang dilakukan oleh Marcopolo, seorang penjelajah sekaligus pedagang antarbenua dari Venesia yang berlayar menuju Asia. Sejarah evolusi pengusaha ketika pada abad ke-17 yaitu wirausaha adalah seseorang yang berani mengambil risiko dalam membuat kontrak sebagai penyedia barang dengan pihak pemerintah. Harga yang digunakan adalah harga tetap.

            Menurut Richard Cantillon dan Jean Baptiste Say, wirausaha adalah seseorang yang berani menanggung risiko transaksi dengan supplier, yaitu petani atau pengrajin yang barangnya dibeli dengan harga tertentu, untuk dijual kepada konsumen dengan harga yang tidak pasti. J.B. Say juga menambahkan, bahwa selain menanggung risiko terhadap transaksi jual harga terhadap konsumen, wirausaha juga seorang pemimpin yang mengambil inisiatif.

            Menurut Joseph Schumpeter, wirausaha juga seorang innovator dan pengembang suatu teknologi yang belum dicoba. Ia mengemukakan penekanan kata inovasi, seperti:

  • Munculnya gagasan produk baru.
  • Munculnya metode produksi baru.
  • Munculnya pasar yang baru.
  • Munculnya inovasi baru dari organisasi.

Dari sudut pandang ini, wirausaha dapat didefinisikan sebagai seseorang yang berhasil menggabungkan berbagai input dengan cara inovatif untuk menghasilkan nilai bagi pelanggan. Harapannya, nilai yang diperoleh akan melebihi pengorbanan (biaya) yang dikeluarkan.

Mengapa Menjadi Wirausaha?

            Pada tahun 2007, Indonesia diperkirakan hanya memiliki 0,18 persen (sekitar 400.000) dari seharusnya 4,4 juta wirausaha. Ketika menjabat sebagai Menko Perekonomian, Hatta Rajasa pernah mengoreksi teori David Mc Clelland mengatakan bahwa bukan 2 persen dari jumlah penduduk, melainkan 4 persen. Ketika itu, pada tahun 2013 jumlah pengusaha di Indonesia telah mencapai angka 1,58 persen, jadi masih memerlukan berjuta-juta wirausaha baru. Dalam catatan BPS, angka pengangguran terbuka pada bulan Februari tahun 2012 sebesar 7,61 juta orang. Dari jumlah itu, 737,030 orang adalah lulusan perguruan tinggi, baik dari tingkat diploma maupun sarjana, dan akademi maupun perguruan tinggi.

            Kelebihan yang dimiliki seorang wirausaha:

  • Memiliki kesempatan untuk mewujudkan mimpi.
  • Dengan pola pikirnya, ia berkesempatan untuk menciptakan perubahan.
  • Ia dapat menggunakan potensi yang dimiliki secara maksimal.
  • Memiliki kesempatan untuk memperoleh keuntungan.
  • Dapat berkontribusi kepada masyarakat.
  • Mengerjakan sesuatu yang disukai tanpa diperintah orang.

Risiko yang harus diterima seorang wirausaha:

  • Seorang wirausaha dihadapkan pada ketidakpastian pendapatan, bisnis yang tidak memberikan jaminan keuntungan yang cukup untuk bertahan hidup.
  • Seorang wirausaha selalu dihadapkan pada risiko kehilangan seluruh investasi.
  • Untuk menjalankan usahanya, seorang wirausaha dituntut bekerja keras serta bekerja dengan jam kerja yang relatif lebih panjang.
  • Saat masa-masa merintis usaha, ia harus merelakan kualitas hidupnya lebih rendah untuk bekerja keras.
  • Memiliki tanggung jawab yang jelas.
  • Saat merintis usaha, sering kali keputusasaan muncul.

Kewirausahaan Tidak Bisa Diajarkan?

            Dari uraian yang telah dipaparkan pada beberapa subbab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa inti kewirausahaan adalah berlatih untuk berpikir secara radikal, mampu melihat peluang, dan berani mengambil risiko. Istilah “mempelajari” atau “mengajarkan” kewirausahaan menjadi kurang tepat. Jadi, akan lebih cocok jika kewirausahaan dilatih dan dipraktikkan bersama orang yang telah berpengalaman. Kita bisa berlatih melihat peluang bisnis, berlatih mengamati apa yang menjadi masalah orang, dan menemukan solusinya. Banyak orang yang berlatih menjadi wirausaha dimulai dari modal dan produk. Setelah memiliki modal dan membuat produk baru, seorang wirausaha akan mencari para pembeli dan bagaimana menjualnya. Jadi, untuk berlatih menjadi seorang wirausaha, bukan guru atau dosen yang dibutuhkan, melainkan adanya fasilitator, mentor, dan coaching.

Fasilitator

Secara umum “facilitation” (fasilitas) dapat diartikan sebagai proses untuk “mempermudah” dalam mencapai tujuan tertentu. Seorang fasilitator dapat memenuhi berbagai jenis kebutuhan yang berbeda bagi peserta belajar dalam hal kewirausahaan. Hal ini ditentukan oleh tujuan peserta belajar berwirausaha untuk dating dan berkumpul Bersama. Fasilitator ini biasanya digunakan dalam proses pembelajaran orang dewasa. Metode yang dipakai adalah andragogi. Tugas fasilitator adalah mengarahkan peserta didik untuk menemukan sendiri materi pelajaran yang ditawarkan.

            Syarat-syarat yang patut dimiliki oleh seorang fasilitator yaitu:

  1. Harus menguasai materi yang menjadi pokok bahasan.
  2. Menguasai metode pembelajaran peserta didik dewasa.
  3. Mampu memimpin suatu pertemuan dan menengahi perselisihan.
  4. Memiliki kewibawaan dan juga mampu mengelola kelas dengan baik.
  5. Mampu berkomunikasi secara efektif.
  6. Juga harus mampu mendengarkan dan dapat menghentikan pembicaraan yang sudah menyimpang.

Fasilitator juga memiliki kriteria, yaitu demokrasi, tanggung jawab, kerja sama, kejujuran, dan kesamaan derajat. Dalam hal ini fasilitator tidak pernah memberikan informasi atau memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang menyangkut isi materi kepada kelompok peserta. Berbeda halnya dengan fungsi narasumber.

Mentoring

Metode pengembangan di mana seorang mentor akan mengajarkan tip dan trik, pengalaman kesuksesan, metode kesuksesan, dan cara-cara sukses sesuai dengan pengalaman mentor. Tugas seorang mentor adalah mendampingi seseorang dan para klien. Menurut penelitian tentang mentor dari Kram, 1985 dan Noe, 1988, menemukan bahwa mereka menyediakan dua fungsi untuk anak didiknya yaitu fungsi psikososial (penerimaan, dorongan, coaching, serta konseling) dan fungsi karier-pemfasilitasan (sponsorship, perlindungan, tugas menantang, pengeksposan, dan visibilitas). Dan juga pendapat ahli dari Kram & Hall, 1989 dan Zey, 1988, mentor dapat memfasilitasi penyesuaian, pembelajaran, dan, pengurangan stress selama transisi pekerjaan yang sulit, seperti promosi ke posisi pertama manajerial, transfer, atau promosi ke unit fungsional yang berbeda dalam suatu organisasi, tugas di luar negeri, atau tugas dalam suatu organisasi yang telah digabungkan, reorganisasi, atau perampingan.

Coaching

Motivator yang mendukung tujuan klien. Seorang coach, tidak akan memberikan ilmu atau solusi tertentu, melainkan mengajukan pertanyaan-pertanyaan agar seseorang atau yang biasa disebut coachee bisa menemukan solusinya sendiri. Biasanya, secara one-on-one, coach membantu klien untuk berfokus dan mencapai tujuannya lebih cepat dibandingkan jika klien berusaha sendirian. Dan juga coach biasanya membantu klien dengan menyediakan sarana dan hal-hal yang dapat memotivasi pencapaian.

            : “Melatih Dan Mempraktikkan Kewirausahaan”

  1. Menjadi Failitator dengan Sistem Kontrol Interaktif

            Interactive control (kontrol interaktif) adalah system yang biasa digunakan untuk memfasilitasi atau melakukan pendampingan secara formal oleh manajer. Hal ini dilakukan dengan melibatkan dirinya secara teratur dan personal pada aktivitas pengambilan keputusan pihak bawahan pada perusahaan (Simon, 2000). Sistem ini diterapkan untuk merangsang dialog, tatap muka, dan membangun jembatan komunikasi antar tingkatan jabatan. Sistem ini tepat untuk memfasilitasi mahasiswa yang sedang belajar menjadi wirausaha. Pengendalian yang dilakukan secara diagnostik dapat dilakukan secara interaktif.

Metode

Penelitian ini bertujuan menginvestigasi secara mendalam bagaimana kontrol interaktif dapat menjadi mekanisme pengendalian manajemen dalam Pendidikan kewirausahaan. Penelitian ini menggunakan metode eksplorasi dengan strategi studi kasus. Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pengumpulan data menggunakan metode purposive sampling, yaitu fasilitator membimbing bisnis mahasiswa lebih dari empat semester. Metode wawancara mendalam juga digunakan dalam penelitian tersebut.

Pencarian dan Diskusi

Penelitian ini dilakukan selama 15 minggu. Terdapat Sembilan kelompok bisnis yang dibimbing oleh beberapa fasilitator. Bisnis mahasiswa pun bervariasi, mulai dari kuliner sampai fashion. Berdasarkan pengamatan, dari Sembilan kelompok bisnis hanya empat kelompok yang sudah menunjukkan kemajuan. Adapun sisanya belum menunjukkan kemajuan. Oleh karena itu, para fasilitator salah satunya menggunakan metode pendekatan mekanisme pengendalian yang dipilih yaitu sistem kontrol interaktif. Sistem interactive control adalah mekanisme pengendalian yang dilakukan melalui proses diskusi interaktif (Simons, 1995). Proses interaksi yang dilakukan oleh fasilitator dimulai dengan pendekatan personal dengan beberapa kelompok bisnis, mulai pada pertemuan pertama. Ketika suasana sudah mulai mencair, fasilitator mulai menginvestigasi setiap bisnis mahasiswa untuk melihat sejauh mana kinerja mahasiswa dalam melakukan bisnis.

Selanjutnya, fasilitator bisa memberikan bimbingan kepada mahasiswanya dalam berbisnis. Bimbingan tersebut tidak hanya diberikan pada jam perkuliahan saja, tetapi juga pada jam di luar perkuliahan. Tidak hanya dalam pertemuan saja, juga mahasiswa dapat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk berdiskusi lewat media sosial, surat elektronik, layanan pesan pendek, bahkan telepon. Dan juga mahasiswa diberikan kesempatan minimal satu minggu sekali untuk berkonsultasi kepada fasilitator.

Kedekatan Personal “Awal Komunikasi yang Baik”

Salah satu faktor agar mahasiswa mau mengungkapkan permasalahannya adalah adanya fasilitator yang proaktif untuk menemui mahasiswa. Fasilitator juga memberikan lelucon supaya mahasiswa tidak terlalu tegang. Meskipun demikian, fasilitator harus tetap berpegang teguh terhadap pendiriannya termasuk menegur dengan cara yang tegas. Berikutnya, fasilitator menyapa mahasiswa dengan penuh kehangatan. Semangat yang ditunjukkan fasilitator juga merupakan “alat” yang sangat efektif sehingga mahasiswa juga ikut bersemangat dalam berbisnis. Ketika fasilitator sudah dekat dengan mahasiswa, secara tidak langsung akan muncul rasa empati. Dan juga fasilitator dapat memberikan penghargaan kepada mahasiswanya dengan cara ketika fasilitator membeli produk mereka dan memesan Kembali produk mereka. Mereka merasa dihargai dan lebih bersemangat untuk menjalankan bisnis.

Interactive Control: Metode efektif untuk mengendalikan proyek bisnis mahasiswa

Interactive Control cenderung merupakan pengendalian dengan cara berkomunikasi melalui berbagai cara, misalnya diskusi dan dialog. Hal-hal yang didiskusikan menuju arah perbaikan sehingga memunculkan ide baru, konsep baru, dan pandangan baru yang pada akhirnya dapat berupa strategi baru universitas (Bruining et al., 2004; Ismail, 2013). Hal yang menarik dalam konsep kontrol interaktif adalah memungkinkan pemimpin untuk memimpin proses inovasi. Jadi, sistem ini berperan dalam proses inovasi dan kreativitas (Davila et al., 2009; Wongkaew, 2013; Hoque dan Chia, 2012). Fungsi pengendalian ini dapat membantu organisasi agar berfokus pada strategi dan proses pembelajaran.

            Cara berinteraksi dalam sistem kontrol interaktif yaitu:

  • Melakukan pendekatan personal,
  • Fasilitator memberikan waktu untuk mahasiswa,
  • Mahasiswa berkonsultasi,
  • Komunikasi dengan surat elektronik,
  • Membangun komunikasi,
  • Fasilitator mendorong mahasiswa untuk berbagi.

Mentoring Dan Coaching Sebagai Strategi

            Harus diakui bahwa meningkatkan kinerja kelompok jauh lebih sulit dibanding meningkatkan kinerja individu. Satu kelompok bisnis terdiri dari berbagai pemikiran, ide, gagasan, bahkan kepentingan dan ambisi yang harus disatukan untuk mencapai tujuan bisnis. Salah satu persamaan mendasar coaching dengan mentoring adalah dari tujuannya yaitu kemampuan dari potensi siswa. Coaching kemampuan dari sisi internal mahasiswa, sedangkan mentoring kemampuan melalui pemberian materi dari ahli dan pihak yang berpengalaman dalam bidangnya. Satu hal yang paling penting dalam coaching adalah komitmen waktu. Keunggulan dari coaching adalah coach tidak perlu menguasai keahlian tertentu, tetapi harus memiliki wawasan yang luas. Dan juga salah satu keunggulan dari mentoring adalah seseorang yang akan dimentori dapat memperoleh ilmu dari ahlinya. Proses mentoring dapat dilakukan oleh orang yang mempunyai pengetahuan dalam bidangnya tersebut.

Mentoring dan Coaching: Mana yang Lebih Sering Dilakukan?

            Proses mentoring dan coaching dilakukan setiap semester minimal empat belas kali. Meskipun demikian, pada kenyataannya mahasiswa dapat dilakukan beberapa kali pertemuan dalam satu minggu bagi setiap proyek bisnis mahasiswa. Di lapangan, ternyata banyak mahasiswa yang lebih menyukai mentoring perpaduan coaching. Mahasiswa lebih senang diberikan arahan, ide, gagasan, petunjuk, dan nasihat oleh mentor. Melalui mentoring, mereka memiliki “rasa aman” dalam menjalankan bisnisnya. Oleh karena itu, kami berpendapat untuk kombinasi antara mentoring dan coaching sangat ideal untuk diterapkan. Fasilitator harus mengetahui waktu waktu yang tepat untuk menggunakan proses mentoring dan menggunakan proses coaching.

Pengalaman Menjadi Mentor dan Coach

            Kombinasi antara mentoring dan coaching dapat dimulai dengan membuat desain awal. Proses mentoring dilakukan pada masa awal mahasiswa mempelajari kewirausahaan. Para mahasiswa akan diberikan sumber inspirasi terlebih dahulu melalui berbagai bentuk, misalnya film, permainan, kunjungan bisnis, dan lain sebagainya. Ketika mahasiswa sudah memiliki ide bisnis, proses mentoring akan berjalan. Mahasiswa dapat berkonsultasi dengan para mentor untuk mendapatkan arahan mengenai implementasi ide-ide mereka dalam tahap perintisan bisnis. Saat mahasiswa sudah menemukan ide bisnis, selanjutnya mereka harus mengimplementasikan ide bisnis tersebut ke dalam business plan.

Dan juga mahasiswa dalam grup bisnis tersebut pun harus rajin berkonsultasi dengan fasilitator. Semakin rajin berkonsultasi dengan fasilitator, maka semakin besar kemungkinan akan memiliki kinerja yang baik dan berhasil dalam berbisnis. Coaching dan mentoring yang dilakukan harus dipersiapkan dengan baik. Catatan harian atau log book untuk setiap kelompok bisnis harus selalu diteliti dan dicermati. Log book juga berisi catatan-catatan penting tentang kemajuan para mahasiswa dalam berbisnis.

Mentoring dan Coaching: Bentuk Pengendalian Manajemen yang Efektif

            Pada hakikatnya, mentoring dan coaching adalah proses interaksi dua pihak yang berujung pada kesepakatan. Konsep kontrol interaktif dalam hal ini adalah bagaimana fasilitator berinteraksi dengan para mahasiswa yang memiliki bisnis melalui diskusi mendalam. Melalui interaksi yang intens, mahasiswa akan dapat “dikendalikan” atau “dipengaruhi” sehingga akan bekerja agar bisnis mereka maju. Fasilitator dengan tujuannya juga dapat mengembangkan bisnis anak didik mereka. Hal tersebut memiliki tujuan yang sama. di sinilah inti pengendalian manajemen.

Pendekatan yang tepat menjadi cara ampuh untuk berinteraksi, bukan memberikan aturan-aturan yang ketat dan sulit dipatuhi mahasiswa. Peraturan tetap diperlukan agar ada kedispilinan dan ketertiban. Disitulah kombinasi antara kontrol formal dan kontrol informal harus seimbang. Membangun komunikasi sangat penting untuk dilakukan. Semakin dekat hubungan fasilitator dengan mahasiswa, maka mereka akan semakin percaya kepada fasilitator. Proses membangun interaksi melalui komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu melalui tatap muka atau dengan melalui grup media sosial untuk dapat melakukan interaksi berbisnis.

Mana yang Lebih Sulit: Coaching atau Mentoring?

            Berdasarkan pengalaman para fasilitator, coaching lebih sulit dilakukan daripada mentoring. Alasannya, ada “paradigma” bahwa fasilitator masih sulit untuk melakukan coaching. Dalam proses coaching, seorang coach harus dapat memberikan pertanyaan pertanyaan kepada coachee untuk menggali masalh dan solusinya. Dalam proses ini, masih banyak fasilitator yang perlu belajar merumuskan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dan juga coach tidak diperkenankan untuk memberikan saran kepada coachee, tetapi semua ide penyelesaiannya harus berasal dari coachee itu sendiri. Oleh karena itu, tampaknya mentoring lebih bisa dilakukan dan dijalankan dengan baik. Terlepas apakah yang dilakukan mentoring atau coaching, konsep pembimbingan yang terstruktur pun harus diperlukan.

            : “Perangkat Dalam Mengajarkan Kewirausahaan”

Semester I:Keterampilan Menjual

            Pada semester pertama, sebagai tahap awal memasuki pelajaran kewirausahaan, mahasiswa diperkenalkan dengan tantangan untuk menjual. Mereka harus menjual “produk apa pun” dan tidak diperkenankan untuk memilih produk untuk dijual. Tim kurikulum bekerja sama dengan sejumlah vendor dalam menyediakan produk-produk mereka untuk dijual oleh mahasiswa. Produk meliputi banyak macam, mulai dari kebutuhan sekunder seperti buku, kue kering, jamu, hingga kebutuhan tersier seperti barang-barang mewah, barang hobi misalnya kebutuhan untuk para binatang atau produk-produk sosial bisnis. Setaip kelas secara acak diberi tugas untuk menjadi utusan penjualan dari perusahaan vendor.

            Tim kurikulum memberikan target yang berbeda bagi setiap macam produk. Untuk produk-produk kebutuhan primer, target penjualannya relatif lebih tinggi, baik dalam satuan barang maupun besarnya omzet penjualan. Materi kuliah yang diberikan pada semester pertama berkaitan dengan kemampuan penjualan berupa dasar-dasar kewiraniagaan. Tim kurikulum dalam dua kali pertemuan mendatangkan pembicara tamu yang berasal dari kalangan pebisnis yang berhasil. Mereka juga memberikan tip-tip kepada mahasiswa mengenai cara melakukan penjualan dengan “merekrut” pelanggan, kemudian cara mempertahankan pelanggan tersebut.

            Dasar keterampilan menjual adalah pintu gerbang untuk menjadi wirausaha. Prinsipnya adalah: “setiap produk yang bisa dijual, pasti bisa dibuat. Akan tetapi, tidak semua produk yang bisa dibuat, bisa dijual.” Dengan dasar prinsip ini, mahasiswa ditantang untuk merasakan sulitnya menjual produk dan mereka akan merasakan kepuasan dan kebanggaan tersendiri jika berhasil menjual produknya.

            Pada semester pertama ini, pembelajaran difokuskan pada keterampilan pribadi. Oleh karena itu, selama perkuliahan mereka belum diminta untuk membentuk grup. Dan dilakukannya dengan individu terlebih dahulu. Bekal teori yang diberikan sebagai materi perkuliahan di kelas meliputi, penguasaan pengetahuan produk, pemahaman segmentasi pasar, penguasaan teknik negosiasi, dan pemahaman bermacam-macam jenis dasar penjualan.

                Beberapa Model Bisnis dan Hubungannya dengan Konsumen

  1. Asset Sale, yaitu dengan menjual barang yang semula milik anda ke pelanggan, terjadi perubahan kepemilikan. Contohnya, usaha perdagangan menyediakan barang yang ditawarkan kepada pembeli. Setelah pembeli membayar harga yang ditentukan, ia berhak memiliki produk tersebut.
  2. Usage Fee, yaitu biaya pemakaian suatu peralatan atau jasa yang dibebankan kepada pelanggan. Pelanggan hanya berhak menggunakan asset selama membayar sewa, atau memperoleh pelayanan selama membayar biaya pemakaian. Contohnya, sebuah hotel mengenakan tarif sewa kepada tamu yang menginap di hotel tersebut sesuai dengan jenis kamar yang dipakai dan jumlah hari ia tinggal.
  3. Subscription Fee, yaitu biaya langganan yang menerima jasa secara berturut-turut dalam satu satuan waktu tertentu. Contohnya, pada jasa Pendidikan berupa uang sekolah (kursus atau les privat).
  4. Lending/Renting/Leasing, yaitu biaya sewa atau rental suatu aset untuk dipakai penyewa berdasarkan suatu perjanjian atau kesepakatan tertentu. Contohnya, meminjamkan uang dengan membayar bunga pada satuan rentang waktu sesuai dengan kesepakatan, menyewakan mobil atau rumah, menyewa beli aset berupa barang produk seperti mesin produksi dan properti.
  5. Leason Fee, yaitu hak memakai nama merek serta konsep manajemen yang telah dipatenkan. Contohnya, izin menggunakan nama serta sistem kerja yang telah dipatenkan. Misalnya, Kentucky Fried Chicken dan Mc Donald.
  6. Brokerage Fee, yaitu pedagang perantara. Contohnya, menjual jasa kepada penulis untuk mencarikan penerbit, sedangkan agensi artis menghubungkan artis dengan pihak yang menginginkan penampilan dari artis tersebut.
  7. Advertising Fee, yaitu jasa periklanan melalui laman web, media sosial, siaran lokal, TV bandara, dan lain sebagainya.
  8. Consultation/Advicing Fee, yaitu jasa konsultasi untuk memecahkan masalah, seperti dokter, psikolog, konsultan pajak, notaris, dan penasihat hukum.
  9. Service Fee, yaitu penjual jasa. Contohnya, salon kecantikan, spa, dan servis kendaraan.

Semester II:Eksplorasi Bisnis

            Akhir semester pertama, setelah mahasiswa memperoleh pengalaman dan pelajaran mengenai penjualan, mereka diminta untuk merencanakan bisnis yang diminati. Pusat perhatian pada materi kuliah semester dua ini, yaitu eksplorasi bisnis. Pada materi kuliah ini, pembentukan kelompok mulai dilakukan. Pembentukan kelompok dilakukan pada minggu pertama sampai minggu kedua, dengan tahapan:

  1. Setiap mahasiswa diminta untuk mengampanyekan rencana bisnisnya secara detail dan jelas dalam sebuah poster.
  2. Setiap poster ditempel di dinding sebagai sarana kampanye untuk merekrut rekan bisnis dalam kelompok.
  3. Semua mahasiswa akan menilai setiap rencana bisnis, memilih mana yang dinilai sesuai dengan visi dan misinya.
  4. Fasilitator kelas mengatur agar satu kelas akan terdiri atas maksimum sembilan sampai sepuluh kelompok bisnis. Setiap kelompok terdiri atas lima anggota.
  5. Setiap kelompok bisnis memiliki nama kelompok bisnis dan setiap ketua kelompok berperan sebagai CEO.

Membagi Tahap Pembelajaran

      Seluruh materi pembelajaran tersusun dalam bentuk kerangka anatomi yang terbagi dalam empat tahap selama 14 minggu pertemuan yaitu:

  • Minggu pertama hingga minggu keempat disebut tahap penemuan.
  • Minggu kelima dan keenam adalah tahap merancang bisnis ke dalam bisnis model kanvas.
  • Minggu ketujuh hingga ke-14 disebut tahap pencarian.
  • Minggu ke-15 ujian akhir semester

Tahap Penemuan

            Pada tahap penemuan yang berlangsung selama empat minggu, mahasiswa diberikan tugas untuk merancang ide bisnisnya dengan mengacu pada kebutuhan konsumen. Para mahasiswa diminta untuk mengamati apa yang sebenarnya menjadi permasalahannya. Setelah menemukan permasalahan tersebut, para mahasiswa akan diminta untuk mencari solusinya. Pada tahap ini, diberikan pelajaran bahwa perancangan bisnis tidak hanya didasari gagasan yang disukai, tetapi ada tahap mendasar yang harus dilalui. Apabila bisnis yang direncanakan sebelumnya mempunyai konsep yang kuat, maka mereka tinggal menyempurnakan saja. Akan tetapi, jika mereka belum mempunyai konsep yang kuat dalam berbisnis, para mahasiswa bisa Menyusun ulang atau menemukan ide baru yang layak dijadikan untuk berbisnis.

Definisi Masalah

            Pada bagian definisi masalah ini, mahasiswa diminta untuk mengamati suatu masalah yang dihadapi oleh masyarakat sekitar, atau mendatangi lokasi tertentu. Setelah mencari permasalahan yang dianggap menarik untuk dipecahkan, gejalanya diamati. Kemudian cari apa akar permasalahan tersebut. Baru kemudian mahasiswa dapat menulis definisi masalahnya. Dari definisi solusi tersebut, mahasiswa dapat diarahkan agar terlebih dahulu menetapkan hal-hal seperti, visi dan misi organisasi bisnis, analisis SWOT, strategi, kebijakan, program, anggaran, prosedur, dan mewujudkan rencana kerja. Dari titik inilah mahasiswa dipicu untuk menciptakan suatu visi dan misi guna mewujudkan kebutuhan, keinginan, dan harapan masyarakat dalam membentuk bisnis.

Perintisan Bisnis

            Sudah dijelaskan bahwa pada saat semester kedua ini mahasiswa diminta untuk menyiapkan ide bisnis yang sesuai dengan keinginannya. Ide dalam bentuk passion dan meaning tersebut bisa disalurkan melalui produk dan jasa yang mereka tawarkan kepada masyarakat. Pada tahap berikutnya, realisasi ide produk yang kita tawarkan haruslah sesuai dengan kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan. Tahap ini biasanya disebut dengan idea generation. Pada saat memasuki tahap penemuan, mahasiswa diarahkan untuk membentuk tim untuk bekerja sama dalam berbisnis.

Peta Jalan dan Rencana Pembelajaran

            Ini adalah cara mengimplementasi rencana pembelajaran pada semester dua dimulai dari gambaran peta jalan sekaligus rencana pembelajaran.

  • Minggu 1: inspirasi bisnis
  • Minggu 2: pembentukan kelompok bisnis
  • Minggu 3-Minggu 4: observasi dan eksplorasi
  • Minggu 5: membahas konsep model bisnis kanvas
  • Minggu 6: melakukan curah gagasan
  • Minggu 7: membuat purwarupa produk dan menunjukkannya kepada fasilitator
  • Minggu 8: UTS, setiap kelompok mempresentasikan hasil konsep model bisnis
  • Minggu 9: melakukan komunikasi pemasaran dengan menunjukkan purwarupa
  • Minggu 10: menghitung biaya pokok produksi, menetapkan harga jasa
  • Minggu 11: arus pendapatan
  • Minggu 12: program kelas kreatif
  • Minggu 13: legal business setup
  • Minggu 14: mengkaji tahap penemuannya
  • Minggu 15: UAS, mahasiswa menyerahkan hasil jadi konsep model bisnis

Manajemen Kelas

            Dalam mengelola manajemen kelas secara umum, waktu 150 menit dalam tiga SKS, 50 menit pertama terbagi menjadi dua materi, yaitu pengetahuan dan informasi. Sisanya 100 menit terbagi menjadi tiga kelompok sasaran, yaitu mentoring, mengkaji tugas, dan presentasi.

Indikator Keberhasilan dalam Pembelajaran

  • Mahasiswa berhasil menemukan peluang pasar
  • Membuat hipotesis model bisnis
  • Melakukan uji pasar
  • Mengevaluasi model bisnis
  • Perilaku, Komitmen, dan Etika bisnis

Komposisi Nilai

  • Tahap eksplorasi 20%
  • UTS (presentasi & makalah) 20%
  • Tahap mencari implementasi komunikasi pemasaran 15%
  • Perilaku, etika, komitmen 15%
  • UAS (pameran bisnis, portofolio tugas, refleksi dan rencana) 30%

Total nilai: 100%

Semester III:Eksekusi Bisnis

            Memasuki semester ketiga, materi perkuliahannya adalah eksekusi bisnis. Rancangan bisnisnya sudah semakin matang, dan setelah melakukan perencanaan, saatnya bisnis dieksekusi.

Tahap Perkuliahan

            Tahap pada perkuliahan di semester ini terbagi menjadi tiga, yaitu:

  1. Penemuan dan strategi pengembangan pelanggan
  2. Menyusun konsep dan pengembangan sumber daya
  3. Aktualisasi

Rencana Pembelajaran Semester III

  • Minggu 1 : Course Overview & Business Exploration
  • Minggu 2 : Definisi dan Pertanyaan Permasalahan
  • Minggu 3 : Segmen Pelanggan/Profil
  • Minggu 4 : Solusi (produk, saluran, dan relasi)
  • Minggu 5 : Mini-ekshibisi
  • Minggu 6-Minggu 7: Penerapan Konsep Finansial
  • Minggu 8 : UTS (presentasi) + aktualisasi
  • Minggu 9 : Pemasaran Digital dan SOP + Aktualisasi
  • Minggu 10 : Aktualisasi
  • Minggu 11 : Kerja Tim + Aktualisasi
  • Minggu 12 : Manajemen Konflik + Aktualisasi
  • Minggu 13 : Pemasaran + Aktualisasi
  • Minggu 14 : Laporan Presentasi
  • Minggu 15 : UAS (Evaluasi dan Ekshibisi)

Semester IV:Menyempurnakan BMC(Business Modal Canvas)

            Tujuan perkuliahan pada semester IV ini adalah membuat mahasiswa mempunyai kerangka berpikir dengan orientasi pada solusi, berpikir kreatif, serta implementasi dan inovasi ke dalam ventura. Hasil pembelajarannya dapat dimulai dari perilaku, pengetahuan, dan keterampilan.

Rencana Pembelajaran Semester IV

  • Minggu 1 menjelaskan kondisi bisnis ventura mereka saat ini
  • Minggu 2 membuat ide konsep model bisnis kanvas inovasi mereka yang pertama
  • Minggu 3 mengerjakan tes konsep model bisnis kanvas secara individual
  • Minggu 4 mengaplikasikan konsep model bisnis kanvas ke bisnis ventura tim
  • Minggu 5 mempresentasikan subtipe inovasi
  • Minggu 6 menemukan info spesifik yang diperlukan untuk ide bisnis. Lalu presentasi
  • Minggu 7 membuat rencana eksekusi untuk strategi inovasi
  • Minggu 8 UTS
  • Minggu 9 membuat kembali rencana eksekusi
  • Minggu 10-Minggu 11 melakukan rencana eksekusi dan memantau perkembangan mahasiswa
  • Minggu 12-Minggu 13 kapita selekta
  • Minggu 14 UAS
  • Minggu 15 penutupan

Segmen Pelanggan

  • Pasar massal.
  • Pasar ceruk.
  • Pasar terbagi.
  • Pasar berbeda.
  • Pasar multijejaring.

Semester V:Menjadi Pemain Global

            Tujuan pembelajaran mahasiswa pada semester kelima ini yaitu, menerapkan standar global pada proyek ventura dimulai dari tentang aspek global dan penerapan strategi pada ventura, dan membangun jejaring secara global. Indikator keberhasilan mahasiswa setelah berhasil mengikuti perkuliahan ini yaitu, menganalisis empat kekuatan global, mengevaluasi bisnis berdasarkan empat kekuatan global, mendesain strategi ventura, mengelola ventura berkompetensi global, dan melakukan refleksi untuk langkah berikutnya.

Kekuatan Eksternal Kunci

            Tahap akhir dari pembelajaran kewirausahaan adalah menyiapkan bisnis mahasiswa untuk tampil di kancah internasional. Topik utama dari semester kelima berjudul key external forces membahas empat kekuatan global yang memengaruhi bisnis. Keempat kekuatan global tersebut yaitu, kekuatan pasar, kekuatan industri, tren kunci, dan kekuatan makroekonomi.

  1. Kekuatan Pasar
  2. Isu pasar
  3. Segmen pasar
  4. Kebutuhan dan permintaan
  5. Biaya peralihan
  6. Daya Tarik pendapatan
  • Kekuatan Industri
  • Pesaing
  • Pemain baru
  • Produk jasa pengganti
  • Pemasok dan pemain rantai nilai lainnya
  • Pemangku kepentingan
  • Tren Kunci
  • Tren teknologi
  • Tren regulasi
  • Tren sosio-ekonomi
  • Kekuatan Makroekonomi
  • Kekuatan makroekonomi
  • Pasar pusat
  • Kondisi pasar global
  • Komoditas dan sumber daya lainnya
  • Infrastruktur ekonomi

Sumber: Dr. Oscarius Y.A. Wijaya,.ENTREPRENEUR: Bagaimana Menciptakannya? Wawasan dan Ide            dalam Proses Pengajaran Kewirausahaan, Gramedia Pustaka Utama  Jakarta, 2016